Selasa, 16 Desember 2008

Krisis Global


DAMPAK KRISIS GLOBAL PADA INDONESIA

A.Latar Belakang Masalah

Krisis keuangan tahun 1998 terjadi di kawasan Asia dan sekarang dialami negara besar Amerika Serikat nyaris tak terbayangkan sebelumnya kalau ekonomi Amerika akan mengalami kelesuan seperti sekarang, menyusul bangkrutnya sejumlah lembaga keuangan internasional.Jika dulu krisis di kawasan Asia tidak menjalar ke mana-mana, hanya terjadi di Thailand, Korea, Malaysia, dan Indonesia, kini krisis keuangan yang berpusat di Amerika Serikat dampaknya bisa menyebar ke mana-mana, termasuk ke sejumlah negara di Asia, tak terkecuali Indonesia.

Berbagai kalangan sudah memperkirakan bahwa dampak krisis keuangan di Negeri Paman Sam ini akan menjadi krisis global. Efek dominonya akan melebar ke mana-mana. Maklum, negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, banyak melakukan hubungan bisnis dan dagang dengan Amerika Serikat, baik di pasar keuangan maupun kegiatan ekspor-impor.

Hal ini berbeda dengan krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia tahun 1998 yang masih bisa dilokalisir dan dampaknya lebih bersifat regional. Dampak dari krisis keuangan di Amerika Serikat sama dengan yang pernah terjadi di Indonesia, di antaranya meningkatnya jumlah pengangguran.

Menghadapi itu, antisipasi yang seharusnya dilakukan Indonesia sekarang adalah memperkuat ekonomi domestik serta memelihara kelangsungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jika APBN terganggu, kegiatan pembangunan akan terpengaruh.Dampak krisis keuangan di Amerika Serikat dipastikan akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia. Konsekuensi dari turunnya tingkat pertumbuhan ekonomi itu adalah terjadinya pengangguran dan peningkatan kemiskinan.

Oleh karena itu, yang harus dilakukan Pemerintah Indonesia adalah menjaga kelangsungan program pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat miskin. Berbagai kesulitan yang akan menghadang dengan adanya krisis keuangan kali ini sudah bisa diperkirakan saat ini.

B.Pokok Permasalahan

Kejatuhan perusahaan sekuritas keempat terbesar Amerika Serikat, Lehman Brothers, mempengaruhi banyak sekali simpul-simpul finansial di berbagai negara. Transaksi finansial lintas batas negara juga terganggu. Kejatuhan Lehman Brothers yang berusia 158 tahun itu membuat risiko investasi tersebar dengan sangat cepat. Dalam waktu singkat, kondisi pasar finansial AS seperti di jungkir-balikkan dan tersapu habis. Lehman Brothers, yang merupakan perusahaan sekuritas ke-empat terbesar di Amerika Serikat dan salah satu tertua di Wall Street, harus mengaku bangkrut.

Kebangkrutan Lehman Brothers adalah yang terbesar sepanjang sejarah kebangkrutan Amerika Serikat dengan total utang 613 miliar dollar AS dan aset 639 miliar dollar AS. Kebangkrutan terbesar berikutnya adalah Worldcom Inc (aset 126 miliar dollar AS) dan Enron Corp (aset 81 miliar dollar AS).

Kebangkrutan Lehman dipicu ketidakmampuan melunasi kewajiban sekitar 60 miliar dollar AS, milik anak perusahaan, yang menular ke seluruh lini bisnis Lehman. Bangkrutnya Lehman membuat otoritas keuangan di Amerika Serikat berjaga-jaga dan terpaksa menyuntikkan dana 70 miliar dollar AS ke pasar keuangan untuk menolong likuiditas lembaga keuangan. Bank Sentral Eropa (ECB) menyuntikkan dana 99,4 miliar dollar AS, Bank of England menyuntikkan 35,6 miliar dollar AS, Swiss National Bank menyiapkan dana 7,2 miliar dollar AS, dan Bank of Japan menyuntikkan 24 miliar dollar AS.

Suntikan dana bertujuan mencegah kehancuran yang lebih dalam. Dengan situasi panik, para investor sering memilih menarik dana investasi yang otomatis membutuhkan uang tunai segera. Suntikan dana juga bertujuan menjaga transaksi bisnis, seperti pembiayaan perdagangan lintas batas.Ini dilakukan karena kebangkrutan Lehman mengimbas ke lembaga keuangan dunia yang pernah memberi pinjaman pada Lehman. Kasus Lehman membuat para investor mencampakkan saham-saham dari perusahaan pemberi pinjaman itu dan mencampakkan saham perusahaan lain yang sedang goyang, seperti UBS (Swiss) dan AIG (AS).

C. Imbas Lehman, Pemerintah dan BI Harus Sigap.

Bergugurannya perusahaan keuangan raksasa Amerika Serikat, yang terakhir ini perusahaan sekuritas terbesar keempat Amerika Serikat, Lehman Brothers, menimbulkan kegoncangan ke mana-mana termasuk ke Indonesia. Bursa Efek Indonesia yang sudah terpuruk, semakin terjerembab dalam keterpurukannya.Turunnya indeks di pasar saham akibat kebangkrutan perusahaan keuangan raksasa Amerika Serikat Lehman Brothers masih akan terjadi hingga akhir tahun.

Jika melihat finansial secara umum, kondisi pasar global akan terkait satu sama lain dan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi negara lain. Hal itu menjadi konsekuensi internasional yang harus dihadapi. Selain masalah global lembaga keuangan, kondisi semakin bertambah buruk dengan turunnya harga minyak dan komoditas yang semakin naik. “Investor akan cemas dan lari”. Jika itu terjadi rupiah akan anjlok dan inflasi masih akan terus terjadi. Masalahnya kondisi di Indonesia sendiri jangan sampai semakin buruk. Diharapkan, hingga akhir tahun menjadi lebih reda. Namun, agaknya jika terjadi perbaikan akan melalui proses bertahap, tergantung pengaruh global.Kondisi akan tertolong jika Bank Indonesia dan pemerintah menaikkan suku bunga dengan lebih cepat.Dalam hal fiskal, pemerintah harus menjaga inflasi jangan terlalu meningkat. Karena, jika inflasi meningkat kepercayaan menjadi melemah., sedangkan di tingkat mikro, bagi perusahaan harus semakin update data yang menunjukkan kondisi keuangan mereka semakin bagus. Pasalnya, di negara lain, seperti Cina dan Malaysia meski mengalami kemprosotan tetapi mereka bisa lebih mengendalikan mata uang dan inflasi.

D.PENUTUP

Becermin pada kejadian di Amerika Serikat, masihkah negara kita akan tetap menerapkan sistem ekonomi pasar seperti di Negeri Paman Sam. Kita semua sudah maklum bahwa praktik ekonomi dan kegiatan bisnis di Indonesia sudah mengacu pada mekanisme pasar bebas. Itu tidak hanya terjadi di pasar modal dan pasar uang, tetapi juga sudah merasuk ke hampir semua kegiatan usaha di sektor riil.Bukan hanya batik dari China, sebelumnya pemerintah juga pernah mengimpor beras yang nota bene merupakan komoditas utama bangsa ini. Sementara China sendiri sekarang telah menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia di samping India.

Meskipun sebelumnya China ditekan Amerika Serikat untuk melepas sistem mata uangnya ke pasar bebas, namun negeri itu tetap bersikukuh mematok mata uangnya. Sekali lagi, kalau elite negeri ini ingin menyejahterakan rakyatnya, tidak cukup berorasi dan berjanji menjelang Pemilu, tetapi harus diikuti upaya nyata dan dirasakan langsung oleh masyarakat.Kalau para elite politik di Tanah Air masih ingin melanggengkan nafsu berkuasa dan mengeruk kekayaan melalui jabatannya masing-masing, baik di struktur birokrasi maupun melalui infrastruktur politik, mereka harus siap-siap ditinggalkan masyarakat.

Tidak ada komentar: